Pages

Senin, 09 Mei 2016

Reaksi hipersensitivitas




Pengertian 

Hasil gambar untuk photo reaksi alergi


  Reaksi hipersensitivitas adalah reaksi imun yang patologik, tidak normal, yang terjadi akibat respon imun yang berlebihan terhadap suatu pajanan antigen yang sama untuk kedua kalinya, sehingga menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. Robert Coombs dan Philip HH Gell (1963) membagi reaksi ini menjadi 4 tipe berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi, yaitu tipe I, II, III dan IV.


             

Klasifikasi Reaksi Hipersensitivitas

Reaksi hipersensitivitas dapat dibedakan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk beraksi pada tubuh manusia. Selain itu, ada juga pembagian menurut ilmuan Robert Coombs dan Philips HH Gell, yang membagi reaksi hipersensitivitas menjadi 4 macam. Berikut penjelasannya.

1. Berdasarkan Waktu yang Dibutuhkan

    a. Reaksi Cepat
       Reaksi cepat terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam. Reaksi ini melibatkan ikatan silang antara alergen dan IgE. Manifestasi dari reaksi ini dapat berupa reaksi anafilaksis.

    b. Reaksi Intermediet / Sedang
      Reaksi intermediet terjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam 24 jam. Reaksi ini melibatkan pembentukan kompleks imun IgG dan kerusakan jaringan oleh sel NK. Manifestasi dari reaksi ini dapat berupa reaksi transfusi darah, anemia hemolitik, eritroblastosis fetalis, reaksi arthus, vaskulitis, glomerulonefritis, AR, dan Lupus

    c. Reaksi Lambat
      Reaksi lambat terjadi setelah terpajan antigen dan masih terlihat dalam 48 jam. Reaksi ini melibatkan sitokin yang dikeluarkan oleh sel T untuk mengaktifkan makrofag yang menimbulkan kerusakan jaringan. Manifestasi dari reaksi ini dapat berupa dermatitis kontak, reaksi M.Tuberkulosis, dan reaksi penolakan transplantasi organ.


2. Berdasarkan Coombs dan Gell

    a. Hipersensitivitas Tipe 1
        Reaksi hipersensitivitas tipe 1 merupakan respon jaringan yang terjadi karena adanya ikatan silang antara alergen dan IgE. Reaksi ini dapat disebut juga sebagai reaksi cepat, reaksi alergi, atau reaksi anafilaksis. Mekanisme umum dari reaksi ini sebagai berikut :
  •          Alergen berikatan silang dengan IgE
  •          Sel mast dan basofil mengeluarkan amina vasoaktif dan mediator kimiawi lainnya
  •          Timbul manifestasi
   Manifestasi yang ditimbulkan dari reaksi ini berupa anafilaksisurtikariaasma bronkial atau dermatitis atopi

    b. Hipersensitivitas Tipe 2
        Reaksi hipersensitivitas tipe 2 terjadi karena dibentuknya IgG dan IgM terhadap antigen yang merupakan bagian dari sel pejamu. Reaksi ini dapat disebut juga sebagai reaksi sitotoksik atau reaksi sitolitik. Reaksi ini terdiri dari 3 jenis mekanisme, yaitu reaksi yang bergantung pada komplemen, reaksi yang bergantung pada ADCC dan disfungsi sel yang diperantarai oleh antibodi. Mekanisme singkat dari reaksi tipe 2 ini sebagai berikut :
  •          IgG dan IgM berikatan dengan antigen di permukaan sel
  •          Fagositosis sel target atau lisis sel target oleh komplemen, ADCC dan atau antibodi
  •          Pengeluaran mediator kimiawi
  •          Timbul manifestasi
Manifestasi yang ditimbulkan oleh reaksi ini dapat berupa anemia hemolitik autoimuneritroblastosis fetalissindrom Good Pasture, atau pemvigus vulgaris.
    c. Hipersensitivitas Tipe 3
        Reaksi hipersensitivitas tipe 3 terjadi karena pengendapan kompleks imun (antigen-antibodi) yang susah difagosit sehingga akan mengaktivasi komplemen dan mengakumulasi leukosit polimorfonuklear di jaringan. Reaksi ini juga dapat disebut reaksi yang diperantarai kompleks imun. Reaksi ini terdiri dari 2 bentuk reaksi, yaitu : reaksi Kompleks Imun Sistemik (Serum Sickness) dan reaksi Sistem Imun Lokal (Arthus). Mekanisme reaksi ini secara umum sebagai berikut :
  •         Terbentuknya kompleks antigen-antibodi yang sulit difagosit
  •         Mengaktifkan komplemen
  •         Menarik perhatian Neutrofil
  •         Pelepasan enzim lisosom
  •         Pengeluaran mediator kimiawi
  •         Timbul manifestasi
  Manifestasi yang ditimbulkan oleh reaksi ini dapat berupa reaksi Arthusserum sicknessLESAR,glomerulonefritis, dan pneumonitis.
    d. Hipersensitivitas Tipe 4
        Reaksi ini dapat disebut juga reaksi imun seluler lambat karena diperantarai oleh sel T CD4+ dan CD8+. Reaksi ini dibedakan menjadi beberapa reaksi, seperti reaksi Tuberkulin, reaksi Inflamasi Granulosa, dan reaksi penolakan transplant. Mekanisme reaksi ini secara umum sebagai berikut :
  •          Limfosit T tersensitasi
  •          Pelepasan sitokin dan mediator lainnya atau sitotoksik yang diperantarai oleh sel T langsung
  •          Timbul manifestasi
  Manifestasi yang ditimbulkan oleh reaksi ini dapat berupa tuberkulosisdermatitis kontak dan reaksi penolakan transplantasi organ.

0 komentar:

Posting Komentar